Makalah Bangsa Mongol Dan Dinasti Ilkhan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M
ke tangan bangsa Mongol bukan saja
mengakhiri Khalifah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan.
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan, dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Mongol mempunyai anak yang bernama Ilkhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di kemudian hari.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan?
2.      Bagaimana Silsilah Penguasa Dinasti Ilkhan?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui Bagaimana Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan
2.      Mengetahui Bagaimana Silsilah Penguasa Dinasti Ilkhan


BAB II
PEMBAHASAN

A. Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri Khalifah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan.
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan, dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Mongol mempunyai anak yang bernama Ilkhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di kemudian hari.
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kambing dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain, baik diantara sesame mereka maupun dengan Bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka. Sebagaimana umumnya bangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan tetapi, mereka sangat patuh kepada pemimpinnya,. Mereka menganut agama Syamaniyah (Samanism), menyembah kepada binatang-binatang dan sujud kepada matahari yang sedang terbit.
Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan Yasugi  Bahadur Khan. Ia berhasil menyamakan 13 suku yang ada pada waktu itu. Setelah Yakusugi meninggal putranya, Timujin yang masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol dengan suku lain, sehingga menjadi pasukan yang teratur dan tangguh. Pada masa tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jangis Khan, Raja Yang Perkasa. Ia menetapkan satu undang-undang yang disebutnya alyasak atau alyasah, untuk mengatur kehidupan rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran. Pasukan perang dibagi menjadi beberapa kelompok besar kecil, seribu, dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin dengan seorang Komandan. Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat dibidang militer.
Setelah pasukan perangnya terorganisasi dengan baik, Jengis Khan berusaha memperluas daerah kekuasaan  dengan melakukan penaklukan terhadap daerah-daerah lain. Serangan pertama diarahkan ke kerajaan Cina. Ia berhasil menduduki Peking tahun 1215 M. Sasaran selanjutnya adalah negeri-negeri Islam. Pada tahun 606 H/1209 M, tentara Mongol keluar dari negerinya dengan tujuan Turki dan Farghana, kemudian terus ke Samarkand. Pada mulanya mereka mendapat perlawanan berat dari penguasa Khawarizm, Sultan Ala Al-Din di Turkistan. Pertempuran berlangsung seimbang. Karena itu masing-masing kembali ke negerinya. Sekitar sepuluh tahun kemudian, mereka masuk Bkhara, Khurasan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai ke perbatasan Irak. Di Bukhara ibu kota Khawarizm, mereka kembali mendapat perlawanan dari Sultan Ala Al-Din, tetapi kali ini mereka dengan mudah menaklukan pasukan Khawarizm. Sultan Ala Al-Din  tewas dalam pertempuran  di Mazindaran tahun 1220 M. Ia digantikan oleh putranya, Jalal Al-Din yang kemudian melarikan diri ke India karena terdesak dalam pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M. Dari sana pasukan Mongol terus ke Azarbaijan. Disetiap daerah yang dilewatinya pembunuhan besar-besaran terjadi. Bangunan-bangunan indah dihancurkan, sehingga tidak berbentuk lagi, demikian juga isi bangunan yang sangat bernilai sejarah. Sekolah-sekolah, masjid-masjid, dan gedung-gedung lainnya dibakar.
Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jangis Khan membagi wilayahnya menjadi empat bagian kepada empat orang putranya, yaitu Juchi, Chagatai, Ogotai, dan Tuli. Chagatai berusaha kembali menguasai kembali daerah-daerah Islam yang pernah ditaklukan dan berhasil merebut Illi. Farghana, Ray, Hamazan, dan Azarbaijan. Sultan Khawarizm, Jalal Al-Din berusaha keras  membendung serangan tentara Mongol namun Khawarizm tidak sekuat dahulu. Kekuatannya sudah banyak terkuras dan akhirnya terdesak. Sultan melarikan diri. Di sebuah daerah pegunungan ia dibunuh oleh seorang Kurdi. Dengan demikian, berakhirlah kerajaan Khwarizm. Kematian Sultan Khawarizmsyah itu membuka jalan bagi Chagatai untuk melebarkan sayap kekuasaannya dengan lebih leluasa.
Saudara Chagatai, Tuli Khan menguasai Khurasan. Karena kerajaan-kerajaan Islam sudah terpecah belah dan kekuatannya sudah lemah. Tuli dengan mudah menguasai Irak. Ia meninggal pada tahun 654 H/1256 M dan digantikan oleh putranya Hulagu Khan
Pada tahun 656 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu’tasim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243-1258), betul-betul tidak mampu membendung “topan” tentara Hulagu Khan. Pada saat keritis tersebut, wazir khalifah Abbasiyah, Ibn Al-‘Aqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. Ia mengatakan kepada khalifah “Saya telah menemui mereka dalam perjanjian damai”. Raja (Hulagu Khan) ingin mengawinkan anak perempuannya dengan Abu Bakar, putra khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. Ia tidak meninginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagai kakek-kakekmu terhadap sultan-sultan saljuk.
Khalifah menerima usul itu. Ia keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata, dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah itu dibagi- bagikan Hulagu Khan kepada para panglimanya. Keberangkatan Khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari ahli fiqih dan orang-orang terpandang. Tetapi sambutan Hulagu Khan sangat diluar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya ternyata tidak benar. Mereka semua termasuk wazirnya sendiri, dibunuh  dengan leher dipancung secara bergiliran. Dengan pembunuhan yang kejam ini, berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang tentara Mongol hancurkan tersebut.
Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan menetapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan perjalannya ke Syria dan Mesir. Dari Baghdad, pasukan Mongol menyebrangi Sungai Euphrat menuju Syria, kemudian menuju Sinai, Mesir. Pada tahun 1260 M mereka berhasil menduduki  Nablus dan Gaza. Panglima tentara Mongol, Kitbugha, mengirim utusan ke Mesir, meminta supaya Sultan Qutuz, bahkan utusan Kitbugha dibunuhnya,
Tindakan Qutuz ini menimbulkan kemarahan dikalangan tentara Mongol. Kitbugha kemudian melintasi Yordania menuju Galilie. Pasukan ini bertemu dengan pasukan Mamalik yang dipimpin langsung oleh Qutuz dan Baybras di ‘Ain Jalut. Pertempuran dasyat terjadi, pasukan Mamalik berhasil menghancurkan tentara Mongol, 3 September 1260 M.
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukan Hulagu selanjutnya diperintah oleh Dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu. Daerah yang dikuasai oleh dinasti ini adalah daerah yang terletak di daerah Asia Kecil di Barat dan India, di timur dengan ibu kotanya Tabriz. Umat Islam, dengan demikian dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang beragama Syamanism. Hulagu meninggal pada tahun 1265 M, dan diganti oleh anaknya, Abaga (1265-1282 M) yang masuk Kristen. Baru rajanya yang ke tiga Ahmad Taguder (1282-1284 M) yang masuk Islam. Karena masuk Islam, Ahmad Taguder, banyak ditentang oleh pembesar-pembesar kerajaan yang lain. Akhirnya ia ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang kemudian menggantikannya menjadi raja  (1284-1291. Raja Dinasti Ilkhan yang keempat ini sangat kejam terhadap umat Islam. Banyak diantara mereka yang dibunuh dan diusir.
Selain Taguder, Mahmud Ghazan (1295-1304), raja yang ketujuh, dan raja-raja selanjutnya adalah pemeluk agama Islam. Dengan masuknya Islam Mahmud Ghazan – sebelumnya beragama Budha – Islam meraih kemenangannya yang sangat besar terhadap agama Syamanisme. Sejak itu pula, orang-orang Persia mendapat kemerdekaannya kembali.
Berbeda dengan raja-raja  sebelumnya, Ghazan mulai memperhatikan perkembangan peradaban. Ia seorang pelindung ilmu pengetahuan  dan sastra. Ia amat gemar terhadap kesenian, terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan alam seperti astronomi, kimia,  mineralogy, metarulgi, dan botani. Ia membangun semacam biara untuk para derwis, perguruan tinggi untuk mazhab Syafi’i dan Hanafi, sebuah perpustakaan, observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya. Ia wafat dalam usia muda, 32 tahun dan digantikan oleh Muhammad Khudabanda  Uljeitu (1304-1317 M), seorang penganut Syi’ah yang ekstrim. Ia mendirikan kota raja Sultaniyah, dekat Zanjan.

B.     Silsilah Penguasa Dinasti Ilkhan


I. Hulako Khan

     Hulako Khan adalah anak Toli Khan anak Jenghis Khan, ia mempunyai semangat penjarahan serupa dengan neneknya. Setelah teguh kekuasaannya di Tanah Iran, Khurasan dan Asia Tengah seluruhnya, belumlah ia puas sebelum seluruh negeri-negeri Islam di bawah kekuasaan Khalifah Baghdad, raja-raja Saljuq dan Raja Khawarizm, semua ditaklukkannya. Pekerjaannya yang mula-mula ialah menyapu bersih pengikut Hasan Ibnu Sabah perkumpulan rahasia yang berbahaya itu. Setelah itu, dilanjutkannya pula maksudnya yang telah lama, yaitu menghancurleburkan Kota Baghdad. Amat mudahlah baginya menaklukkan Kota Baghdad yang bersejarah itu, yang lima setengah abad lamanya menjadimenjadi pusatpusat kebudayaan Islam yang besar. Sebabnya ialah karena perpecahan yang ada di dalamnya. al-Alqami, Wazir Besar kerajaan Bani Abbas ketika itu, adalah seorang penganut paham Syi'ah yang lebih suka negeri itu ditaklukkan oleh bangsa Mongol daripada terus-menerus pada tangan khalifah yang bermadzhab Ahlus Sunnah dan hanya tinggal nama saja sebab kekuasaan yang sebenarnya adalah di tangan raja-raja Islam dari luar Baghdad yang kebanyakan Ahlus Sunnah pula. Setelah Hulako Khan masuk di Kota Baghdad dengan tidak dihalang-halangi sebab Baghdad dijadikan kota terbuka. Mula-mula, ditawannyalah khalifah Bani Abbas yang paling akhir al-Musta'shim bersama putra-putranya yang berhak menggantikannya. Setelah beberapa hari kemudian, diperintahkannya untuk membunuh semuanya. Tiga hari kemudian, dibebaskannyalah tentaranya untuk membunuh dan menyapu bersih seluruh penduduk Kota Baghdad, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, besar dan kecil sehingga bertimbun-bertimbunlah mayat. Barang-barang berharga dirampas, rumah-rumah dibakar demikian juga masjid, dan kitab-kitab yang berharga dihanyutkan ke Sungai Dajlansehingga hitamlah air sungai dari sebab tintayang pecah dari kertasnya. Hancur musnahlah dasar ilmu pengetahuan yang berjuta bilangan dan harganya. Terakhir, setelah hatinya puas, dibunuhnya pula Wazir Besar Baghdad, al-Alqamy, yang terkenal karena pengkhiatannya. Setelah Kota Baghdad tinggal menjadi reruntuhan puing dan abu, Hulako pun keluardari bekas reruntuhan kota itu dan mene-ruskan perjalanan penjarahannya ke seluruhTanah Irak yang lain. Kemudian, diteruskannya pula ke Syam dan dalam masa setahun sajaselesailah seluruh Irak dan Syam di bawah kekuasaannya. Tidak kurang dari 14 juta manusia yang mati selama penjarahannya itu. Dari Syam, bangsa Mongol hendak meneruskan penjarahan yang dahsyat itu ke negeri Mesir Ketika itu Mesir di bawah kekuasaan kaum Mamalik (Mameluk) yang mewarisi kerajaan keturunan Shalahuddin (Saladin), pahlawan Perang Salib yang terkenal. Raja Mesir ketika itu ialah Saifuddin Qathaz. Hanya ia yang tertinggal, seorang raja Islam yang tidak patah semangat menghadapi bahaya bangsa Mongol dan Tartar. Untung juga sebab pimpinan tentara Mongol yang datang itu bukan Hulako sendiri, tetapi wakilnya. Pada satu tempat yang bernama Ain Jalut, perbatasan negeri Syam dengan Mesir, dapatlah Mesir menyekatnya dengan bala tentaranya yang bersemangat sehi¨¬ngga banjir bangsa Mongol itu tertahan dan tidak dapat meluaskan kekuasaannya di Mesir. Nyarislah hancur tentara Hulako Khan di Ain Jalut sehingga dengan segera mereka mundur kembali ke pusat asal kekuasaannya di Azerbaijan, Di sanalah Hulako Khan mendirikan sebuah kota yang indah sekali, dibina dengan hasil harta rampasan yang bertimbun-t¨¬mbun dan berlimpah ruah bernama Kota Maraghah. Di sanalah raja gagah perkasa dan menakutkan itu menutup mata.

II. Abaqa Khan

   Sebagaimana juga nenek dan ayahnya, Abaqa Khan yang menggantikan ayahnya, Hulako, menjadi raja belumlah memeluk agama bertuhan satu, baik Islam maupun Kristen. Pada waktu itu pendeta-pendeta Kristen dari Romawi Timur (Konstantinopel) berusaha menyebarkan agama Kristen di negeri Iran, apalagi Perang Salib masih belum berhenti dan angkatan demi angkatan masih datang. Sudah dapat diterka maksud kaum Kristen itu. Karena kalau orang Mongol itu masuk Kristen, bertanmbah kekuatan untuk meng-hancurkan Islam. Abaqa mencoba mendekati Kristen dan membiarkan penyiaran agama di Iran, wilayah kekuasaannya. Untuk merapatkan hubungan itu, dipinangnya putri Kaisar Mukhail Pilologus, Kaisar Byzantium. Pinangannya dikabulkan karena pihak Nasrani mengharap ia akan memeluk agama Kristen, tetapi sampai wafatnya, Raja Mongol tidaklalh memeluk agama yang tentu. Sebab melihat kegiatan kaum Kristen mendekati raja, orang-orang besar dan ulama serta cerdik pandai dan pujangga-pujangga Islam di Iran berlomba pula mendekati istana. Wazir besarnya ialah seorang sarjana dan alim Islam bernama Syekh Syamsuddin sehingga kian lama kian tertariklah hatinya pada ilmu pengetahuan dan kebudayaan kaum Muslimin, di samping bantuannya pada Kristen. Pada zaman itulah, hidup penyair Tasawuf besar, yaitu Maulana Jalaluddin Rumi, pengarang Matsnawi yang terkenal juga sebutannya sebagai asy-Sya'irur Ruhi (penyair kerohanian). Demikian juga pada zaman itu, juga hidup penyair Syekh Sa`diy. Sa'diy pernah mengarang syair ratapan yang sangat mengharukan atas kejatuhan Baghdad sebab serangan bangsa Mongol. Sampai mati Abaqa Khan masih belum menyatakan agama apa yang dipeluknya.

III. Nikodar Khan

   Setelah Abaqa Khan mangkat, bermusyawarahlah orang-orang besar kerajaan mencari penggantinya di antara putra-putranya yang banyak. Jatuhlah pilihan pada Nikodar Khan, adik dari Abaqa Khan, karena di antara putra Abaqa tidak ada yang layak menjadi raja. Pada waktu kecil, Nikodar telah dítakmidkan (dibaptiskan) di Gereja Katolik Ortodok dan memakai nama Nicolas, Namun, setelah ia naik takhta kerajaan dipertimbangkannya mana yang baik dan sesuai dengan jiwanya diantara kedua agama itu, Kristen atau Islam,dan mana pula yang akan sesuai dengan politik pemerintahannya. Dilihatnya pula bahwa golongan rakyatnya yang terbesar adalah umat Islam. Meskipun telah sedemikian teguh kekuasaannya, tetapi ia melihat bahwa seluruh rakyat belum lagi puas dan masih memandangnya sebagai orang pendatang di negeri Iran. Akhirnya, jatuhlah pilihannya pada Islam dan diresmikannya bahwa ia seorang Muslim dan ditukarnya namanya menjadi Ahmad Khan dan dipakainya gelar sultan. Kecintaannya pada agama yang dipeluknya itu amat terkenal dan bercampur pula dengan fanatik. Dikeluarkannya aturan melarang penyiaran agama Nasrani di wilayah kekuasaannya, bahkan pendeta-pendeta Nasrani diperintahkan segera berangkat meninggalkan Iran. Sikap Sultan Ahmad Khan yang demikian, tidaklah diterima dengan senang hati oleh amir-amir bangsa Mongol. Sebab, meskipun mereka belum memeluk agama Kristen dan ada pula yang telah memeluk agama Islam, tetapi perhubungan mereka dengan kaum Kristen selama ini amat baik. Tekanan-tekanan yang ditimpakan pada orang Kristen pada hemat mereka adalah memundurkan kerajaan. Namun, karena di Iran tidak adaada lagi-lagi raja yang lebih besar daripadanya, bersama-sama dengan pendeta-pendeta Kristen dan utusan kaisar dari Roma, mereka hendak meminta keputusan hakim mereka yang tertertinggi menurut adat-istiadat bangsa Mongol, yaitu Khaqan, keturunan Okutai Khan, putra kedua Jenghis Khan, yang memerintah Tiongkok. Kaisar Tiongkok ketika itu ialah KubilaiKhan. Pengaruh agama Islam telah sangat mendalam pada diri Ahmad Khan (Tikudar). Sebagai orang Islam, ia tidak mau lagi meminta hukum tertinggi kepada Kaisar Kubilai Khan. Oleh sebab itu, sebelum maksud orang-orang itu tercapai, mereka telah ditangkapnya. Diantaranya ialah saudara dan anak saudaranya yang bernama Aragon Khan. Saudaranya itu dibunuhnya. Namun, Aragon Khan dapat dibela oleh pengikut-pengikutnya yang setia sehingga terjadi perang saudara. Akhirnya, Aragon yang menang dan Ahmad Khan ditawan dan dibunuh.

IV. Aragon Khan

       Raja ini pun telah memeluk agama Islam seperti raja yang digantikannya, tetapi siasat yang dipakainya bukanlah lanjutan dari siasat Ahmad Khan. Mula-mula, diangkatnya kembali Wazir Syamsuddin yang menjadimenjadi wazirwazir pada zaman Abaqa dahulu. Kemudian, wajir itu difitnah orang, dikatakan bahwa ia yang meracuni ayahnya, Abaqa. Oleh sebabitu, wazir itu dibunuhnya dan digantinya dengan wazir lain. Setelah wazir pengganti itu memegang pemerintahan, dilihatnya bahwawazir ini hendak melanjutkan siasat Ahmad Khan pula. Oleh sebab itu, dibunuhnya pula dan digantinya dengan orang Yahudi bernama Sa'dud Daulah. Sebagaimana kebiasaan orang Yahudi, wazir ini amat pintar mengumpulkan uang lagi manis mulutnya berkata-kata dan pandai menarik hati, tetapi sangat dendam pada orang Islam. Orang Kristen diberinya hati dan ditolongnya mendirikan gereja-gereja, sedangkan masjid-masjid orang Islam diperintahnya untuk diruntuhkan. Rakyat sangat dibatasinya jangan sampai mendekatmendekat keke istana dan jangan berhubungan dengan raja. Kemudian, diteruskannya juga siasat, di buatnya perhubungan dengan Paus Nicolas IV di Roma agar segera memperbesar siaran kristen di Tanah Iran.
     Bukan main cemasnya kaum Muslimin di Iran waktu itu. Mereka telah bersedia hendak menghadapi segala kemungkinan. Namun kemudian, datanglah pertolongan Allah yang tidak disangka-sangka, Raja Aragon Khan ditimpa sakit yang membawa kematiannya. Setelah jelas kebenaran berita itu, dan sebelum orang-orang besar Mongol memilih siapa yang akan menggantikannya, penduduk dengan cepat mengambil keputusan sendiri, yaitu segera mengepung rumah Wazir Besar Sa'dud-Daulah. Tidak diberi ampun lagi, terus dibunuh.
     Kemudian masih banyak lagi Raja yang meminpin dinasti ini, diantaranya Abu Sa'id, Timur lank, dll. Pada masa pemerintahan Abu Sa’id (1317-1335 M), pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu Sa’id. Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya, mereka di taklukan oleh Timur Lenk.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri Khalifah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam.
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan, dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur.
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kambing dan hidup dari hasil buruan.
Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan Yasugi  Bahadur Khan.
Setelah pasukan perangnya terorganisasi dengan baik, Jengis Khan berusaha memperluas daerah kekuasaan  dengan melakukan penaklukan terhadap daerah-daerah lain. Serangan pertama diarahkan ke kerajaan Cina.
Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jangis Khan membagi wilayahnya menjadi empat bagian kepada empat orang putranya, yaitu Juchi, Chagatai, Ogotai, dan Tuli.
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukan Hulagu selanjutnya diperintah oleh Dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu.
Saudara Chagatai, Tuli Khan menguasai Khurasan. Karena kerajaan-kerajaan Islam sudah terpecah belah dan kekuatannya sudah lemah. Tuli dengan mudah menguasai Irak.
Pada tahun 656 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu’tasim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243-1258), betul-betul tidak mampu membendung “topan” tentara Hulagu Khan.
. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang tentara Mongol tersebut.
Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan menetapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan perjalannya ke Syria dan Mesir.
Selain Taguder, Mahmud Ghazan (1295-1304), raja yang ketujuh, dan raja-raja selanjutnya adalah pemeluk agama Islam.
Berbeda dengan raja-raja  sebelumnya, Ghazan mulai memperhatikan perkembangan peradaban. Ia seorang pelindung ilmu pengetahuan  dan sastra. Ia wafat dalam usia muda, 32 tahun dan digantikan oleh Muhammad Khudabanda  Uljeitu (1304-1317 M), seorang penganut Syi’ah yang ekstrim.
Pada masa pemerintahan Abu Sa’id (1317-1335 M), pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu Sa’id. Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya, mereka di taklukan oleh Timur Lenk.

B.     Saran
              Atas berkat rahmat Allah SWT, makalah ini dapat diselesaikan. Meskipun makalah ini saya rasa telah tersusun secara sistematis namun bukan berarti makalah ini tidak mempunyai kekurangan. Saya mohon maaf jika terdapat kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran maupun keritik yang sifatnya membangun.















DAFTAR PUSTAKA
Hamka, Sejarah Umat Islam, Dari Pra Kenabian Hingga Islam di Nusantara
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


Comments

  1. Betway Casino Site: Review & Free Bonuses for UK Players
    Our Betway online choegocasino casino site reviews and bonuses for UK players and gives febcasino a 100% match bonus up to หารายได้เสริม £200 on first deposit.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Fakta Angka 8 Dalam Islam

Ilmu Dakwah dan Macam-macamnya

PAS Al-Qur'an Hadits Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Terbaru