Tujuan Dakwah - Makalah



TUJUAN DAKWAH



BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Islam merupakan satu-satunya ajaran agama yang hakekatnya adalah untuk keselamatan umat manusia. Hal ini dibuktikan dalam konteks ajarannya yang mengandung nilai-nilai rahmatan lil alamin, artinya ajarannya bersifat universal, tidak hanya dikhususkan kepada umat Islam, sebaliknya dapat meletakkan dasar-dasar dan pola hidup yang tepat untuk dilaksanakan oleh segenap umat manusia.
            Berbicara tentang dakwah, kita sebagai ummat muslim diharuskan Memahami esensi dari makna dakwah itu sendiri, kegiatan dakwah sering dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan, Inilah yang membuat kegiatan atau aktivitas dakwah boleh dan harus dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai islam.Oleh karena itu aktivitas dakwah memang harus berangkat dari kesadaran pribadi yang dilakukan oleh orang per orang dengan kemampuan minimal dari siapa saja yang dapat melakukan dakwah.
            Begitu sempurnanya agama islam, karna semua telah diatur dan tersurat dalam Al quran dan hadits. Perihal dakwah sudah tentu didasarkan pada al quran dan hadits dan rujukan rujukan yang lain, karna itu perlunya kami untuk menjelaskan dasar dan tujuan dari dakwah itu sendiri, guna terpahami hakikat dakwah bagi semua kalangan.

B. Rumusan Masalah
a.     Apakah tujuan dakwah di dalam Islam ?
b.     Bagaimana tafsir Q.S. Ali Imran : 169
c.     Bagaimana tafsir Q.S Hud : 61
d.     Bagaimana tafsir Q.S Ar-Ra'du 19-22
e.     Bagaimana tafsir Q.S al-Kahfi : 29

C. Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Tujuan Dakwah Dalam Islam
2.      Untuk mengetahui tafsir Q.S Ali Imran : 169
3.      Untuk mengetahui tafsir Q.S Hud : 61
d.      Untuk mengetahui tafsir Q.S Ar-Ra'du 19-22
e.      Untuk mengetahui tafsir Q.S al-Kahfi : 29




BAB II
 PEMBAHASAN

1. Tujuan Dakwah


         Tujuan  utama dan satu-satunya dakwah Islam adalah agar umat manusia beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan–Nya dengan sesuatu pun selain-Nya, dengan meniti syariat sesuai perintah Rasulullah SAW sebagai bedoman hidup mereka.
         Dikisahkan oleh Abu Sufyan bin Harb kepada kaisar: ”Dia (Nabi Muhammad) memerintahkan kami untuk menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan ia melarang kami menyembah apa-apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami….”, dengan kata lain, dakwah memiliki tujuan untuk mengeluarkan umat manusia:

Dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid
Dari kegelapan kufur menuju cahaya iman
Dari kegelapan kebodohan menuju cahaya ilmu
Dari kegelapan hawa nafsu dan pendapatmanusia menuju cahaya ittiba’ rasul saw
Dari kegelapan kedzoliman menuju cahaya keadilan
Dari kegelapan kemungkaran dan kemaksiatan menuju cahaya ketaatan

Untuk merealisasikan tujuan pokok tersebut,dakwah harus mempunyai orientasi:

  • Melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang telah diwarnai oleh berbagai penyimpangan, kesesetan, kemungkaran, dan kemaksiatan.
  • Memelihara kelangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah berpegang kepada kebenaran, melalui pengajaran secara terus-menerus, pengingatan, penyucian jiwa, dan pendidikan.

Dakwah yang benar akan mengantarkan umat manusia kepada ridho Allah, jalan yang lurus, dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Allah berfirman:

“Alif laam raa. (ini adalah) kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (yaitu) menuju jalan Rabb yang maha perkasa lagi maha terpuji” (QS.Ibrahim[14]:1)

2. Surah Ali Imran Ayat 169 (QS.3:169)


                                                                            وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Terjemahnya:

[169] Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.

Tafsir Jalalain:

[169]  (Janganlah kamu kira bahwa orang-orang yang gugur) dengan takhfif atau pakai tasydid (di jalan Allah) maksudnya demi agama-Nya (mati, tetapi) mereka itu (hidup di sisi Tuhan mereka). Roh-roh mereka berada dalam kantong burung-burung hijau yang beterbangan dalam surga ke mana saja mereka kehendaki sebagaimana tersebut dalam sebuah hadis (dengan mendapat rezeki) yaitu dengan memakan buah-buahan surga.

Tafsir Al-Muyassar:

[169] Dan jangan sekali-kali kamu wahai Nabi, menyangka bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, yang tidak merasakan sesuatu pun. Justru sebaliknya, mereka itu hidup dalam kehidupan alam barzakh dalam perlindungan Tuhan mereka yang mereka itu berjihad karenaNya dan tewas di jalanNya, karunia bagi mereka mengalir di surga, dan mereka berlimpah kenikmatan.

Tafsir Al-Misbah:

[169]  Janganlah kamu mengira bahwa mereka yang terbunuh di jalan Allah itu benar-benar mati. Tidak! Mereka hidup dalam suatu kehidupan yang sifat dan bentuknya hanya diketahui oleh Allah sendiri. Di sisi Tuhan, mereka diberi suatu rezeki yang sifat dan bentuknya juga hanya diketahui sendiri oleh Allah.

3. Hud: 61


وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ
Terjemahan 
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)".
Tafsir 

(Dan) Kami utus (kepada Tsamud saudara mereka) yang satu kabilah (Saleh. Saleh berkata, "Hai kaumku! Sembahlah Allah) artinya esakanlah Dia (sekali-kali tidak ada bagi kalian Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kalian) Dialah yang mula-mula menciptakan kalian (dari bumi) yaitu dengan menciptakan bapak moyang kalian, Adam, dari tanah (dan menjadikan kalian pemakmurnya) Dia menjadikan kalian sebagai para penghuni bumi (karena itu mohonlah ampunan-Nya) dari kemusyrikan (kemudian bertobatlah) kembali kalian (kepada-Nya) dengan menjalankan ketaatan. (Sesungguhnya Rabbku amat dekat) kepada makhluk-Nya melalui pengetahuan-Nya (lagi memperkenankan.") doa orang yang meminta kepada-Nya.

 4. Surat ar-Ra'du Ayat 19-22


Ar-Ra'd: 19

أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
Terjemahan 
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,
Tafsir  Ibnu Katsir

Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. Allah Swt. menyebutkan bahwa tidaklah sama orang yang meyakini bahwa apa: yang diturunkan kepadamu. (Ar-Ra'd: 19) hai Muhammad. dari Tuhanmu. (Ar-Ra'd: 19) Adalah perkara yang hak yang tiada keraguan di dalamnya, tiada kebimbangan, tiada kebingungan, dan tiada pertentangan di dalamnya. Bahkan semuanya adalah benar, sebagian darinya membenarkan sebagian yang lain, tiada sesuatu pun darinya yang bertentangan dengan lainnya.

Semua berita yang disebutkan di dalam Al-Qur'an adalah benar, dan semua perintah serta larangannya adalah adil, seperti yang disebutkan dalam firman Allah dalam ayat lain: Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115) Artinya, benar dalam berita-beritanya dan adil dalam perintahnya. Maka tidaklah sama orang yang mengecap kebenaran dari apa yang disampaikan. olehmu, hai Muhammad, dengan orang yang buta tiada petunjuk baginya ke jalan kebaikan dan tiada pula ia memahaminya; dan seandainya dia memahaminya, ia tetap tidak akan tunduk, tidak akan membenarkannya, tidak pula akan mengikutinya.

Ayat ini sama maknanya dengan firman Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu: Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr: 20) Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: Adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? (Ar-Ra'd: 19) Dengan kata lain, apakah orang yang berciri khas demikian sama dengan orang itu? Jawabnya, tentu saja tidak sama. Firman Allah Swt.: Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Ar-Ra'd: 19) Yakni sesungguhnya orang yang mengambil pelajaran dan menjadikannya sebagai nasihat serta memahaminya hanyalah orang-orang yang berakal sehat dan berpikiran lurus; semoga Allah menjadikan kita di antara golongan mereka.

Ayat 20. (yaitu) orang yang memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian,

وَالَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ مَا أَمَرَ اللّٰهُ بِهٖ أَنْ يُّوْصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُوْنَ سُوْءَ الْحِسَابِ ۗ٢١
Ayat 21. dan orang-orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan,-* dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.



وَالَّذِيْنَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَأَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً وَّيَدْرَءُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولٰئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ ۙ٢٢
Ayat 22. Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).

Tafsir Ibnu Katsir

{الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ (20) وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ (21) وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ (22) جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ (23) سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ (24) }

(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkannya, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), "Keselamatan terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian." Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang terpuji ini; bahwa mereka akan memperoleh kesudahan yang baik, yaitu akibat yang terpuji dan kemenangan di dunia dan akhirat:

{الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ}
(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. (Ar-Ra'd: 20)
Mereka tidak sama dengan orang-orang munafik yang apabila seseorang dari mereka mengadakan perjanjian, maka dilanggarnya; apabila bersengketa, curang; apabila berbicara, dusta; dan apabila dipercaya, khianat.

{وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ}
dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkannya. (Ar-Ra'd: 21)
seperti silaturahmi, berbuat baik kepada kaum kerabat dan sanak famili, juga kepada kaum fakir miskin, orang-orang yang memerlukan bantuan, dan mendermakan kebajikan.

{وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ}
dan mereka takut kepada Tuhannya. (Ar-Ra'd: 21)
Yakni dalam mengerjakan amal-amal yang harus mereka lakukan dan dalam menghindari perbuatan-perbuatan yang harus mereka tinggalkan. Dalam hal tersebut mereka merasa di bawah pengawasan Allah dan mereka merasa takut akan hisab yang buruk di hari akhirat. Karena itulah maka Allah memerintahkan mereka untuk tetap berada dalam jalan yang lurus dan istiqamah dalam semua aktivitas dan semua keadaan yang mereka alami.

 {وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ}
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya. (Ar-Ra'd: 22)
Yaitu sabar terhadap hal-hal yang diharamkan dan dosa-dosa. Mereka memutuskan diri dari perbuatan-perbuatan tersebut karena mengharapkan rida Allah dan pahala-Nya yang berlimpah.

{وَأَقَامُوا الصَّلاةَ}
mendirikan salat. (Ar-Ra'd: 22)
dengan memelihara batasan-batasannya, waktu-waktunya, rukuk, sujud, dan khusyuknya sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh syariat.

{وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ}
dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (Ar-Ra'd: 22)
Artinya, mereka memberikan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka kepada orang-orang yang wajib mereka biayai, yaitu anak, istri, dan kaum kerabat; mereka juga memberi orang lain dari kalangan kaum fakir miskin dan orang-orang yang memerlukan bantuannya.

{سِرًّا وَعَلانِيَةً}
secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. (Ar-Ra'd: 22)
Yakni baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan; tiada suatu keadaan pun yang menghambat mereka untuk menginfakkannya, baik di malam ataupun siang harinya.

{وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ}
serta menolak kejahatan dengan kebaikan. (Ar-Ra'd: 22)
Maksudnya, mereka membalas perbuatan jahat dengan perbuatan yang baik. Untuk itu, apabila seseorang menyakiti mereka, maka mereka membalasnya dengan kebaikan sebagai pengejawantahan dari sikap sabar dan memaafinya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ}

Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah­ olah teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fushshilat: 34-35)
Karena itulah maka Allah Swt. memberitahukan tentang mereka yang berbahagia yang menyandang sifat-sifat yang baik itu, bahwasanya mereka akan memperoleh tempat kesudahan yang baik.

5. Q.S. al-Kahfi: 29 


وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا

Terjemahan 
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Tafsir  Jalalain
(Dan katakanlah) kepadanya dan kepada teman-temannya, bahwa Alquran ini (adalah benar datang dari Rabb kalian, maka barang siapa yang ingin beriman, hendaklah ia beriman dan barang siapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir). Kalimat ayat ini merupakan ancaman buat mereka. (Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu) yaitu bagi orang-orang kafir (neraka, yang gejolaknya mengepung mereka) yang melahap apa saja yang dikepungnya. (Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih) seperti minyak yang mendidih (yang menghanguskan muka) karena panasnya, jika seseorang mendekat kepadanya (seburuk-buruk minuman) adalah minuman itu (dan ia adalah sejelek-jelek) yakni neraka itu (tempat istirahat). Lafal Murtafaqan sebagai lawan makna yang telah disebutkan di dalam ayat yang lain sehubungan dengan gambaran surga, yaitu firman-Nya, "Dan surga itu adalah tempat istirahat yang paling indah" (Q. S, 18 Al-Kahfi, 31). Jika tidak diartikan demikian, maka tidaklah pantas neraka dikatakan sebagai tempat istirahat.


DAFTAR PUSTAKA

www.amraini.com/tafsir surat ali imran ayat 169
Tafsir.learn-qur'an.co.id.
www.baitulhidayah.org


Comments

Popular posts from this blog

Fakta Angka 8 Dalam Islam

Ilmu Dakwah dan Macam-macamnya

PAS Al-Qur'an Hadits Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Terbaru