Kisah Umar bin Khattab
Sejarah singkat Umar bin Khattab
Cahaya Ammar - Umar bin Khattab adalah khalifah kedua setelah Abu Bakar. Umar memimpin dari tahun 634-644 M atau 13-23 H. Leluhurnya adalah pejabat duta besar dan pedagang. Ia kerap ikut orangtuanya berdagang ke luar negeri. Ketika menginjak usia dewasa, Umar sering mengikuti lomba pacuan kuda. Keberaniannya membuat ia dijuluki Singa Padang Pasir. Karena kecerdikannya berdiplomasi seperti moyangnya, ia juga mendapat julukan Abu Faiz. Umar masuk Islam di usia 27 tahun. Sebelumnya, ia memusuhi Nabi SAW dan para pengikutnya. Bahkan ia tega menyiksa anggota suku Ady yang ketahuan memeluk Islam seperti Labibah dan Zinnirah. Ia bahkan menyiksa adiknya sendiri Fatimah yang masuk Islam. Namun keteguhan Fatimah mempertahankan agamanya membuat Umar luluh. Umar pun tergerak untuk membaca ayat Allah dan menemui Nabi SAW. Setelah bertemu Nabi SAW, Umar meninggalkan kebenciannya terhadap Islam dan masuk Islam. Umar memiliki gelar Al Faruq yang artinya pembeda atau pemisah antara benar dengan salah.
Masuk Islamnya Umar bin Khattab
Umar bin Khattab ra terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh tegap. Sering kali pada awalnya (sebelum masuk Islam) kaum muslimin mendapatkan perlakukan kasar darinya. Sebenarnya di dalam hati Umar sering berkecamuk perasaan-perasaan yang berlawanan, antara pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan dan mabuk-mabukan dengan kekagumannya terhadap ketabahan kaum muslimin serta bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan lebih baik.
Sampailah kemudian suatu hari, beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera menghabisi Rasulullah SAW. Namun di tengah jalan, beliau dihadang oleh Abdullah an-Nahham al-‘Adawi seraya bertanya:
Setelah mendengar hal tersebut, Umar langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu di dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan al-Quran kepada keduanya (Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya). Namun ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi lembaran al-Quran.
Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya :
Mendengar jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh dan berdarah. Fatimah segera memba-ngunkan suaminya yang berlumuran darah, namun Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah, maka berkata-lah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah:
“Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah”
Melihat keadaan saudara perempuannya dalam keadaan ber-darah, timbul penyesalan dan rasa malu di hati Umar. Lalu dia meminta lembaran al-Quran tersebut. Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.
Setelah mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca : Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian dia berkomentar: “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci”
إنني أنا الله لا إله إلا أنا فاعبدني وأقم الصلاة لذكري
“Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad”.
Mendengar ucapan tersebut, Khabab bin Art keluar dari balik rumah, seraya berkata: “Bergembiralah wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah SAW pada malam Kamis lalu adalah untukmu, beliau SAW berdoa :
“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”. Rasulullah SAW sekarang berada di sebuah rumah di kaki bukit Shafa”.
Umar bergegas menuju rumah tersebut seraya membawa pedangnya. Tiba di sana dia mengetuk pintu. Seseorang yang ber-ada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia beritahu Rasulullah SAW, dan merekapun berkumpul. Hamzah bertanya:
Rasulullah SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar, dan membawanya menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memegang baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata :
“Engkau wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah ?, Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab”.
Masuk Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut suka cita oleh kaum muslimin. Dan dakwah Rasulullah mulai dilakukan secara terang-terangan karena masuk Islamnya Umar bertambah kuatlah dakwah Islam dikota Mekkah pada saat itu.
Masa pemerintahan Umar bin Khattab
Umar menjadi khalifah menjelang wafatnya Abu Bakar. Ia diberi wasiat untuk meneruskan kepemimpinan. Keputusan ini didukung sahabat Nabi yang lain. Sebagai seorang khalifah, Umar dikenal tegas dan pemberani. Ia juga sangat peduli kepada rakyatnya. Disebutkan bahwa Umar selalu berkeliling menemu rakyatnya. Ia rutin memastikan apakah ada di antara mereka yang kelaparan, sakit, atau kesusahan.
Pada masa kekhalifahan Umar, Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pasukannya berhasil mengalahkan dua kekuatan besar saat itu yakni Romawi di barat dan Persia di Timur. Pada 634, tentara muslim sebanyak 46.000 orang mengalahkan 300.000 tentara Romawi di dataran Yarmuk. Di bawah Umar, ekspansi Islam dimulai. Damaskus, Ibu kota Suriah, dikuasai pada 635. Setahun setelah kemenangan di daerah Yarmuk, seluruh daerah Suriah jatuh ke kekuasaan Islam. Suriah dijadikan basis. Ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah kepemimpinan Amru bin Ash. Ke Irak di bawah kepemimpinan Sa'ad bin Abi Waqqash. Ibu kota Mesir Alexandria ditaklukkan pada 641 M. Begitu pula ibu kota Persia, Al Madain yang dikuasai pada tahun 637. Kekuasaan Islam meliputi jazirah Arab, Palestina, Suriah, sebagian Persia, dan Mesir. Ia membagi daerah ini menjadi provinsi. Tiap provinsi ditunjuk satu gubernur. Umar juga berjasa meletakkan dasar negara. Ia mengesahkan ketentaraan, kepolisian, pekerja umum, hingga sistem kehakiman. Umar juga mengadakan hisbah (pengawasan) terhadap pasar, membangun pusat pengawasan terhadap takaran atau timbangan, dan mencetak uang negara serta mendirikan bait al-Mal. Departemen yang dibangun antara lain Departemen Pajak dan Tanah (Diwan al Kharj) dan Departemen Keangan (Diwan al Mal). Kepada kelompok nonmuslim, Umar memberikan kemerdekaan beragama. Salah satu peninggalannya yang abadi yakni sistem kalender Islam atau almanak Hijriah. Sistem ini mengawali tahun di tanggal 1 Muharam, mulai dihitung saat peristiwa hijrah. Akhir kepemimpinan Umar bin Khattab Kejayaan Islam di bawah Umar membuat banyak musuh yang marah dan dendam. Bahkan Umar sendiri pernah menjadi sasaran pembunuhan. Itu terjadi ketika Persia ditaklukkan Umar. Seorang budak Majusi dari bangsa Persia bernama Abu Lu'lu (Fairuz) mencoba menusuk Umar ketika shalat subuh berjemaah. Akibat tusukan itu, Umar meninggal dunia pada 3 November 644 M. Atas izin Siti Aisyah istri Rasulullah, Umar dimakamkan di Masjid Nabawi sebelah Rasulullah dan Abu Bakar.
Daftar Pustaka
Kompas.com
Android: https://bit.ly/3g75pkA
iOS: https://apple.co/2hXWJ0L

Comments
Post a Comment